Kamis, 03 Juni 2010

Karakteristik pendidikan luar sekolah

1. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Subtitute dari pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dapat menggantikan pendidikan jalur sekolah yang karena beberapa hal masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan di jalur persekolahan (formal). Contohnya: Kejar Paket A, B dan C
2. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Supplement pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk menambah pengetahuan, keterampilan yang kurang didapatkan dari pendidikan sekolah. Contohnya: private, les, training
3. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Complement dari pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk melengkapi pengetahuan dan keterampilan yang kurang atau tidak dapat diperoleh didalam pendidikan sekolah. Contohnya: Kursus, try out, pelatihan dll

Rabu, 02 Juni 2010

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:

* Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
* Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.

Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini

* Infant (0-1 tahun)
* Toddler (2-3 tahun)
* Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
* Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
Kita menyadari bahwa SDM kita masih rendah, dan tentunya kita masih punya satu sikap yakni optimis untuk dapat mengangkat SDM tersebut. Salah satu pilar yang tidak mungkin terabaikan adalah melalui pendidikan non formal atau lebih dikenal dengan pendidikan luar sekolah (PLS).

Seperti kita ketahui, bahwa rendahnya SDM kita tidak terlepas dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terutama pada usia sekolah. Rendahnya kualitas SDM tersebut disebabkan oleh banyak hal, misalnya ketidakmampuan anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sebagai akibat dari kemiskinan yang melilit kehidupan keluarga, atau bisa saja disebabkan oleh oleh angka putus sekolah, hal yang sama disebabkan oleh factor ekonomi

Oleh sebab itu, perlu menjadi perhatian pemerintah melalui semangat otonomi daerah adalah mengerakan program pendidikan non formal tersebut, karena UU Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara lugas dan tegas menyebutkan bahwa pendidikan non formal akan terus ditumbuhkembangkan dalam kerangka mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat, dan pemerintah ikut bertanggungjawab kelangsungan pendidikan non formal sebagai upaya untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun.

Dalam kerangka perluasan dan pemerataan PLS, secara bertahap dan bergukir akan terus ditingkatkan jangkauan pelayanan serta peran serta masyarakat dan pemerintah daerah untuk menggali dan memanfaatkan seluruh potensi masyarakat untuk mendukung penyelenggaraan PLS, maka Rencana Strategis baik untuk tingkat propinsi maupun kabupaten kota, adalah :

1.

Perluasan pemerataan dan jangkauan pendidikan anak usia dini;
2.

Peningkatan pemerataan, jangkauan dan kualitas pelayanan Kejar Paket A setara SD dan B setara SLTP;
3.

Penuntasan buta aksara melalui program Keaksaraan Fungsional;
4.

Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan perempuan (PKUP), Program Pendidikan Orang tua (Parenting);
5.

Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan berkelanjutan melalui program pembinaan kursus, kelompok belajar usaha, magang, beasiswa/kursus; dan
6.

Memperkuat dan memandirikan PKBM yang telah melembaga saat ini di berbagai daerah di Riau.

Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, maka program PLS lebih berorientasi pada kebutuhan pasar, tanpa mengesampingkan aspek akademis. Oleh sebab itu Program PLS mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, profesionalitas, produktivitas, dan daya saing dalam merebut peluang pasar dan peluang usaha, maka yang perlu disusun Rencana strategis adalah :

1.

Meningkatkan mutu tenaga kependidikan PLS;
2.

Meningkatkan mutu sarana dan prasarana dapat memperluas pelayanan PLS, dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil;
3.

Meningkatkan pelaksanaan program kendali mutu melalui penetapan standard kompetensi, standard kurikulum untuk kursus;
4.

Meningkatkan kemitraan dengan pihak berkepentingan (stakholder) seperti Dudi, asosiasi profesi, lembaga diklat; serta
5.

Melaksanakan penelitian kesesuain program PLS dengan kebutuhan masyarakat dan pasar. Demikian pula kaitan dengan peningkatan kualitas manajemen pendidikan.

Strategi PLS dalam rangka era otonomi daerah, maka rencana strategi yang dilakukan adalah :

1. Meningkatkan peranserta masyarakat dan pemerintah daerah;
2. Pembinaan kelembagaan PLS;
3. Pemanfaatan/pemberdayaan sumber-sumber potensi masyarakat;
4. Mengembangkan sistem komunikasi dan informasi di bidang PLS;
5. Meningkatkan fasilitas di bidang PLS

Semangat Otonomi Daerah PLS memusatkan perhatiannya pada usaha pembelajaran di bidang keterampilan lokal, baik secara sendiri maupun terintegrasi. Diharapkan mereka mampu mengoptimalkan apa yang sudah mereka miliki, sehingga dapat bekerja lebih produktif dan efisien, selanjutnya tidak menutup kemungkinan mereka dapat membuka peluang kerja.

Pendidikan Luar Sekolah menggunakan pembelajaran bermakna, artinya lebih berorientasi dengan pasar, dan hasil pembelajaran dapat dirasakan langsung manfaatnya, baik oleh masyarakat maupun peserta didik itu sendiri..

Di dalam pengembangan Pendidikan Luar Sekolah, yang perlu menjadi perhatian bahwa, dalam usaha memberdayakan masyarakat kiranya dapat membaca dan merebut peluang dari otonomi daerah, pendidikan luar sekolah pada era otonomi daerah sebenarnya diberi kesempatan untuk berbuat, karena mustahil peningkatan dan pemberdayaan masyarakat menjadi beban pendidikan formal saja, akan tetapi pendidikan formal juga memiliki tanggungjawab yang sama. .

Oleh sebab itu sasaran Pendidikan Luar Sekolah lebih memusatkan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan berkelanjutan, dan perempuan.

Selanjutnya Pendidikan Luar Sekolah harus mampu membentuk SDM berdaya saing tinggi, dan sangat ditentukan oleh SDM muda (dini), dan tepatlah Pendidikan Luar sekolah sebagai alternative di dalam peningkatan SDM ke depan.

PLS menjadi tanggungjawab masyarakat dan pemerintah sejalan dengan Pendidikan Berbasis Masyarakat, penyelenggaraan PLS lebih memberdayakan masyarakat sebagai perencana, pelaksanaan serta pengendali, PLS perlu mempertahankan falsafah lebih baik mendengar dari pada didengar, Pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota secara terus menerus memberi perhatian terhadap PLS sebagai upaya peningkatan SDM, dan PLS sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan masyarakat, terutama anak usia sekolah yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, dan anak usia putus sekolah..Semoga.

(di ambil dari artikelpendidikannetwork.com)

Jumat, 21 Mei 2010

Pohon itu hijau... Pepohonan itu hijau... Kita terlalu sering melihat pohon hijau... Sehingga kita sering lupa bahwa ada pula pohon yang berwarna merah... Tetapi, bila semua pohon berwarna merah... Aku akan senang berkisah padamu... Tentang pohon yang hijau... Betapa Indahnya dunia... (Kenzo Takada)

Mungkin... Seperti itulah kita selama ini. Hidup itu sebenarnya sederhana. Namun, Karena kita terlalu sering melihat 'warna' itu, kita jadi lupa dan tidak sadar dengan itu. Kita terlalu sibuk mencari keindahan dalam hidup dengan berbagai cara, hingga akhirnya kita putus asa karena tidak menemukannya. Untuk mendapatkan keindahan itu sebenarnya sederhana, karena keindahan itu ada di dalam hidup itu.

Hidup itu sederhana... Keindahan dalam hidup terletak dalam kesederhanaan itu. Pepohonan yang hijau di sekeliling kita ternyata juga menyemburatkan keindahan... Kerumitan dan kesibukan kita saja yang memalingkan wajah kita dari keindahan itu. Dulu, oran berbondong-bondong mengejar kemodernan yang di simbolkan dengan kemajuan teknologi dan semua yang serba cepat. Tapi lihat sekarang... Semua berbondong-bondong mencari suasana "pedesaan" dalam hidup. Sekarang semua menawarkan kehidupan pedesaan seperti dulu. Lalu kenapa hal itu terjadi? Ya karena kita tidak menikmati "pepohonan hijau" itu sebagai suatu keindahan. Kita kurang menganggap hidup itu sebagai karunia. Padahal itu adalah prinsip utama dalam mencari kebahagiaan sejati. Menerima hidup, Mensyukuri hidup, Anggap hidup itu sebagai karunia...

Wallahualam Bisshawab...
Semoga bermanfaat... :)

Kamis, 20 Mei 2010

if you fall ... if you fail in doing a thing ... if you feel alone and lonely ... If you experience pain .... If you are experiencing grief ... that all is not a problem .... provided you are strong enough to start all over again ....

Memang seperti itu. Tidak peduli berapapun kita mengalami yang namanya rasa sakit, pedih, kegagalan, jatuh... Kita akan selalu baik-baik saja, jika kita selalu siap untuk memulai semuanya dari awal. Tidak perlu takut dengan kegagalan yang ada di ujung jalan yang kita takuti. Itu merupakan bagain dari hidup... Tidak ada rasa senang kalo tidak ada sedih. Jika kita mengalami senang terus, hidup lama kelamaan akan terasa hampa. Itulah peran rasa sakit, kegagalan dan kawan2nya dalam hidup kita.

Belajar untuk selalu siap memmulai semuanya dari awal lagi memang terlihat sulit. Namun itu hanya jika kta membayangkannya saja. Lakukan dan kita akan tahu maknanya. Sadari bahwa kegagalan adalah bagian proses dari hidup, suatu "awal" juga merupakan bagian dari hidup. Kita tidak perlu takut padanya. Karan hal itu pasti terjadi di setiap orang. Bahkan orang yang paling kita anggap bahagia sekalipun. Kita tidak mengalminya sendiri. Kita mengalaminya bersama-sama, mungkin hanya porsi, waktu dan tempat saja yang berbeda. Tapi kita semua akan mengalminya bersama-sama. Kita tidak sendirian.

Mungkin yang perlu kita lakuan adalah bagaimana menemukan cara atau alasan untuk kita bangkit atau berani memulai sesuatu dari awal lagi. Alasan itu bisa saja dari kita sendiri, dari orang-orang terdekat kita, dari Allah, bisa dari mana saja. Yang penting temukan alasan itu. Kalo untuk saya, alasan saya agar selalu dapat bangkit dan berani memulai sesuatu dari awal lagi adalah saya menganggap rasa sakit, kegagalan dan kawand2nya itu baik untuk menempa diri saya. Saya berusaha menikmati (bukan tetap terpuruk) perasaan itu. Karena kita tidak mengalminya setiap hari, ya saya nikmati,hehehehe.... Tapi dengan cara seperti itu saya dapat bangkit dan memulai semua dari awal lagi. Yang berkuasa atas diri saya hanyalah Allah dan saya, bukan keadaan yang ada pada saya atau di sekitar kita.
Tenang saja kawand... Jika kalian berpikir saya hanya asal ngomong saja, tenang saja... Saya punya cukup pengalaman untuk mengatakan semua ini.

Semoga bermanfaat... :D
Kenapa saya menulis judul blog ini "tentang hidup?
Sebenarnya saya juga ga bagitu tahu, apa yang mw saya tulis judul seperti itu. Jujur, saya juga agak merasa berat dengan judul seperti itu. Tapi saya akan berusaha menulis, memberikan apa yang bisa saya berikan. Karena bagaimanapun saya tertarik dengan yang kita alami dan yang kita sebut "hidup". Saya suka merenungkannya, mencoba mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam hidup ini. Tapi ini bukan sombong. Kalo di katakan sombong, saya pun masih bodoh dalam hal ini. karena bagaimanapun juga, kebenaran hanya milik Allah semata dan manusia tempatnya salah dan lupa. Tapi tenang saja, saya tidak bermaksud menggunakan fitrah saya sebagai "manusia" untuk menutupi kesalahan saya. Kesalahan saya adalah murni karena saya, bukan karena saya manusia. Kesalahan saya adalah karena pilihan-pilihan saya yang kurang tepat, bukan karena saya manusia terus wajar kalo salah. Saya tidak mau seperti itu. Menurut saya, jika saya seperti itu, saya tidak akan bisa berkembang karena saya hanya berlindung di balik fitrah saya sebagai "manusia". Bagaimanapun, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Tidak pantas saya menyalahkan fitrah saya tersebut untuk menutupi kesalahan-keslahan saya...
Ya seperti itulah pokoknya....
Mohon bantuannyaaa..... :)

Kamis, 29 April 2010